Belajar dari Lonjakan Kasus Covid-19 di Negara Lain, Wagub DKI Ingatkan Warga Waspada
JAKARTA – Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria meminta warganya belajar dari pengalaman negara yang kembali mengalami lonjakan signifikan kasus positif Covid-19. Dia mengingatkan masyarakat tidak boleh euforia dengan tren penurunan kasus.
“Di banyak negara terjadi peningkatan signifikan, negara-negara yang sebelumnya sudah turun,” ucap Riza di Balai Kota, Selasa (20/4) malam.
Menurut Riza, peningkatan kasus terjadi karena masyarakat merasa euforia dengan tren penurunan kasus. Untuk itu, dia kembali mengingatkan tetap waspada dan disiplin menjalani protokol kesehatan sehingga tidak terjadi lonjakan kasus.
“Jumlah korbannya meningkat, bahkan lebih berbahaya, bahkan lebih mematikan dari sebelum-sebelumnya. Kita Indonesia, Jakarta mengalami penurunan,” ucapnya.
Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan terjadi tren peningkatan kasus aktif positif Covid-19 selama dua pekan terakhir. Dia khawatir kasus akan terus bergerak naik.
“Harian kita sudah mulai peningkatan 200, 200, khawatir nanti bergerak terus,” kata Widya dalam dialog virtual, Jumat (16/4).
Widya menyampaikan, tren tertinggi kasus aktif di DKI terjadi pada Januari-Februari di angka 25.000 lebih pasien isolasi di rumah sakit atau tempat-tempat isolasi yang disediakan pemerintah. Memasuki Maret, tren kasus aktif mulai menurun drastis di angka 6.988 kasus.
Merujuk data itu, Widya mengingatkan agar penerapan protokol kesehatan tetap diterapkan secara ketat. Pengabaian upaya pencegahan penularan Covid-19 dapat berdampak kembali meningkatkan kasus.
Widya menambahkan, tingginya jumlah kasus aktif di DKI juga disebabkan dari kapasitas testing. Per minggu, kata Widya, DKI melakukan tes dengan metode polymerase chain reaction (PCR) 68.000 lebih. Angka itu melebihi standar dari WHO.
“Tetapi 68.000 tadi memang menurun meskipun masih tinggi menurut standar WHO. Untuk standar DKI sendiri kita biasa pernah di posisi 90 ribu,” ucapnya.
Lebih lanjut, Widya menyebutkan kapasitas laboratorium di DKI mampu menguji 100.000 lebih sampel. Hanya, kapasitas itu harus terbagi antara testing menggunakan metode PCR atau Antigen.
Untuk testing antigen, Widya mengatakan, DKI mampu menguji 3.000 lebih sampel. “Kapasitas lab kita mampu 100.000 lebih per hari tetapi pemanfaatannya sekitar 68.000. Kenapa? Karena ada kebijakan pemerintah pusat dengan melalui rapid antigen,” tandasnya.
Sumber: Merdeka[dot]com