Mengenal Lebih Dekat Dengan Bang Ariza Patria
Ir. H. Ahmad Riza Patria, MBA atau yang akrab disapa Ariza Patria adalah politikus Indonesia dari Partai Gerindra yang kini mendapatkan amanah sebagai wakil rakyat di DPR RI. Di Parlemen, ia dipercaya sebagai Wakil Ketua Komisi II DPR RI.
Ariza Patria dikenal sebagai politisi santun sekaligus ulet. Di sela kesibukannya sebagai wakil rakyat, pria kelahiran Banjarmasin, 17 Desember 1969 ini juga banyak menggeluti dunia aktivis, mulai dari Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Wilayah DKI, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI). Di ICMI, Ketua DPP Partai Gerindra ini dipercaya sebagai Wasekjen Majelis Pengurus Pusat.
Ariza menyelesaikan program sarjananya di Institut Teknologi Sains Nasional (ISTN) Jakarta tahun 1996. Sedangkan program magister, ia tamatkan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2008.
Sebelum duduk di Senayan, Ariza pernah menjadi anggota KPU DKI Jakarta.
Ariza dan HMI
AKRAB dengan HMI sejak remaja. Itulah gambaran tentang sosok Ariza Patria. Sejak di bangku SMA, Ariza banyak dilibatkan dalam berbagai kegiatan HMI. Hal ini antara lain karena dilatari kedekatannya dengan Sachroji, Ketua Umum HMI Cabang Jakarta periode 1980-1981, yang saat itu juga merupakan guru bidang studi Fisika di SMA Islam Al-Azhar Jakarta, sekolah tempat Ariza menimba ilmu.
Semasa di bangku sekolah, Ariza tak hanya menghabiskan waktunya untuk memperdalam bidang keilmuan. Lebih dari itu, Ariza juga mulai mengembangkan bakat organisasinya, yakni dengan bergabung dalam OSIS. Tak lama, ia pun dipercaya untuk memimpin organisasi tersebut. Posisinya sebagai Ketua OSIS di sekolah tersebut semakin menarik simpati Sachroji untuk memperkenalkan Ariza ke dalam aktivitas dan dinamika pengkaderan HMI.
Bahkan, keterlibatan Ariza bersama HMI sampai harus bepergian ke beberapa kota demi menyukseskan agenda HMI. Dengan demikian, jalan pergumulan Ariza dengan HMI sesungguhnya telah dimulai jauh-jauh hari sebelum ia mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Tak lama setelah menyandang status mahasiswa pada tahun 1989, Ariza langsung bergabung dengan Resimen Mahasiswa (Menwa), sebuah organisasi mahasiswa yang pada saat itu di ISTN juga menjadi basis aktivis HMI. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1990, Ariza mengikuti Basic Training (LK-1) yang diadakan HMI Koordinator Komisariat (Korkom) Institut Teknologi Sains Nasional (ISTN), Cabang Jakarta. Saat itu Korkom ISTN Jakarta dipimpin oleh Ikrar Parantauan Pela.
Namun demikian, training di HMI tampaknya lebih banyak membawa Ariza ke dalam lingkaran diskursus dan pemikiran. Ini tidak lain disebabkan tingginya intensitas pergumulan Ariza dalam wacana dan pemikiran tokoh-tokoh intelektual yang lahir dari rahim HMI.
Tentu ini tidak ujug-ujug terjadi. Kedekatan Ariza dengan tokoh-tokoh intelektual HMI, terutama banyak hadir melalui ‘pintu’ ayahandanya H. Amidhan sebagai tokoh yang disegani di HMI. Selain pernah menjadi Ketua Umum HMI Cabang Yogyakarta, H. Amidhan juga merupakan aktivis Komnas HAM, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Dirjen Bimas Haji Kementerian Agama RI.
Maka saat itu, yakni di kisaran antara tahun 80 hingga 90-an, nama-nama besar seperti Nurcholish Madjid atau yang akrab disapa Cak Nur, Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Adi Sasono, Utomo Dananjaya, Ekky Syahruddin, dan Malik Fajar, serta Beddu Amang sering menghabiskan waktunya untuk berdiskusi dan bertukar pikiran di kediaman H. Amidhan di Jakarta. Kondisi itu ternyata secara tidak langsung juga menjadi ‘berkah’ bagi Ariza, karena ia bisa juga terlibat dalam perdebatan pemikiran intelektual dan keislaman yang memang menjadi trade mark HMI.
Keakraban sekaligus intensitas diskusi dengan Cak Nur ini kemudian menarik Ariza untuk turut terlibat dalam Klub Kajian Agama (KKA) yang diadakan oleh Cak Nur melalui Yayasan Paramadina. KKA sendiri hingga saat ini masih terus eksis dalam memotret sekaligus mengawal isu-isu krusial seputar keummatan dan kebangsaan.
“Saya sewaktu mahasiswa di rumah sudah sering diskusi dengan Cak Nur, Djohan, Dawam, dan Sulastomo. Saya juga sering ikut ayah saya ke kediaman mereka,” kata Ariza dalam suatu kesempatan, mengisahkan hari-hari di masa ia masih duduk di bangku kuliah.
Komitmen dan militansi Ariza dalam membesarkan HMI kiranya layak mendapatkan apresiasi tersendiri. Faktanya, ia tidak pernah lepas tangan untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan HMI. Bahkan ia juga membawa HMI ‘masuk masjid’ setelah ia yang waktu itu menjadi Ketua Remaja Masjid turut mendorong generasi muda masjid untuk ikut training HMI.
Militansi inilah yang mewarnai perjalanan hidup Ariza dalam ber-HMI. Militansi ini juga ditampilkan dengan memperjuangkan nilai-nilai Islam yang menjadi roh dan nafas HMI. Teranyar, perjuangannya ditunjukkan dengan pemikiran dan sikapnya yang tegas dalam menolak Perppu Ormas yang dinilai dapat merugikan ormas-ormas Islam.
Kini, menjelang penyelenggaraan Munas KAHMI ke-10 di Medan tahun 2017, Ariza ingin mengambil peran lebih besar lagi dalam membangun KAHMI. Keikutsertaan Ariza sebagai Calon Presidium Majelis Nasional KAHMI 2017-2022, sesungguhnya dilandasi oleh semangat dan ikhtiar tulus untuk mengembangkan potensi keluarga besar HMI-KAHMI dalam berbagai dimensi kehidupan. Harapan sekaligus keinginan Ariza ke depan, KAHMI bisa membuat terobosan sistem database seluruh alumni HMI secara integratif berbasiskan teknologi informasi. Hal ini penting untuk mensinergikan segenap potensi kader-kader HMI dan KAHMI yang ada di seluruh ruang pengabdian masyarakat. Selain itu, Ariza juga ingin memperkuat sumber daya manusia (SDM) keluarga besar KAHMI melalui pengembangan ilmu pengetahuan berbasis pada nilai-nilai humanisme dan religiusitas; memperkuat pendidikan Alumni HMI di dalam dan luar negeri; serta meningkatkan kompetensi dan skill Alumni HMI sesuai dengan tantangan zaman.
Selain itu, KAHMI juga perlu pro-aktif untuk memberi masukan dan mengoreksi berbagai kebijakan pemerintahan yang tidak pro-rakyat. Yang tidak kalah penting, KAHMI harus menjadi organisasi yang tidak boleh terlibat dalam politik praktis. Politik KAHMI adalah politik keummatan dan kebangsaan, yaitu mendorong pembangunan sistem politik yang sehat dalam rangka memperkuat demokrasi. KAHMI juga harus mampu memobilisasi dan menjadi motor penggerak pengembangan potensi ekonomi ummat untuk kemaslahatan bangsa.
KAHMI tidak seyogyanya sekedar menjadi organisasi silaturahmi dan perkumpulan saja, tetapi juga harus menghasilkan karya, prestasi dan kerja nyata dalam setiap ruang pengabdian.
Terkait dengan perkaderan di HMI, KAHMI harus terus mendorong, memastikan dan membackup jalannya perkaderan HMI. Hal ini penting untuk mensinergikan out put perkaderan dalam rangka memastikan keluarga besar HMI – KAHMI memiliki sumber daya yang reliable dan mempunyai adaptive mechanism terhadap perkembangan peradaban dan tantangan zaman yang bergerak dinamis.
Haus Organisasi
“Jika Anda berpikir Anda masih hijau, maka Anda akan segera matang. Tapi jika Anda berpikir sudah matang, Anda akan segera membusuk”. Ungkapan itulah yang barangkali melekat dalam diri Ariza Patria.
Lahir dari keluarga berada tidak lantas membuatnya merasa berpuas diri. Dia selalu ingin bergerak dan terus bergerak. Aktif dari satu organisasi ke organisasi lainnya secara terus-menerus menjadi kepribadiannya. Ia merupakan bagian dari tipologi mereka yang selalu haus organisasi.
Usai aktif di Menwa dan HMI, Ariza Patria memilih KNPI sebagai pelabuhan organisasinya. Di organisasi pemuda ini, Ariza pernah tercatat sebagai Ketua DPP KNPI 2002-2005 dan periode 1999-2002. Ia juga pernah menjabat Ketua DPD KNPI Provinsi DKI Jakarta, 2002-2005.
Sampai saat ini, Ariza masih tercatat sebagai Ketua Umum DPN Garda Muda Merah Putih (GMMP) dan Komandan Nasional Menwa Indonesia. Ia juga pernah tercatat sebagai pengurus DPP GEMA MKGR, Wakil Kepala Humas PBSI, Director IRInYI for Young MDGs (International Relationship of Indonesian Youth Institute for Young Millenium Development Goals), dan Sekjen DPP Persatuan Anak Guru Indonesia (PAGI). Bakatnya di organisasi memang terlihat sejak di bangku sekolah. Mantan anggota KPU DKI Jakarta yang juga anggota Indonesian Council of World Affair (ICWA) ini pernah menjadi Ketua OSIS SMA Islam Al-Azhar Jakarta.
Di sela kesibukannya sebagai aktivis, Ariza juga menggeluti dunia bisnis. Latar belakang keilmuannya sebagai insinyur di kembangkannya dalam dunia bisnis. Direktur Utama PT. Gala Ariatama tersebut, saat ini juga pernah tercatat sebagai pengurus Kadin Indonesia dan sempat menjadi pengurus BPD HIPMI Jaya 2001-2003.
Di DPR sendiri Ariza telah banyak menampilkan peran yang sangat penting dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kebangsaan. Mulai dari kasus-kasus pertanahan, menjembatani perjuangan tenaga honorer, menolak kembali kebangkitan PKI di Indonesia, hingga sikapnya berdiri sebagai avant garde dalam menolak Perpu Ormas yang dinilai merugikan umat Islam. Ariza juga tak segan mengkritisi kebijakan rezim Jokowi yang tidak pro-rakyat.
Pandangan dan sikap politik Ariza selain banyak berserakan di berbagai media juga dapat dilihat dalam laman pribadinya www.ahmadrizapatria.com. (yas)